Aceh terkenal dengan julukan Serambi Mekkah. Julukan tersebut menunjukkan bahwa ajaran agama Islam merupakan suatu hal yang menjadi pondasi dalam kehidupan masyarakat di Aceh. Salah satu ciri itu adalah di daerah ini banyak terdapat masjid-masjid yang didirikan oleh masyarakat. Masjid tersebut tidak hanya sebagai tempat aktivitas keagamaan, tetapi juga aktivitas sosial lainnya.
1. Masjid Tuo Pulo Kambing - Aceh Selatan
Terletak di Kampung Pulo Kambing, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan. Bangunan ini sudah berusia 900 tahun atau 9 abad.
Pondasinya begitu kokoh, dinding kayu, dan besinya pun masih sama seperti pertama kali masjid ini dibangun pada tanggal 8 Agustus tahun 1351 Masehi.
Keunikan masjid ini terlihat dari 4 tiang dengan ukiran kaligrafi yang mengisahkan riwayat kebesaran kerajaan-kerajaan Islam di Aceh. 1 dari 4 tiang, ada 1 tiang yang kerap mengeluarkan air sehingga warga membuatkan sejenis tempat penampungan. Sebagian besar warga meyakini bahwa air itu mengandung keberkahan.
Terdiri dari 3 lantai, Masjid Tuo Pulo Kambing ini sempat menjadi tempat perlindungan saat musibah gempa dan tsunami melanda kawasan Aceh pada tahun 2004 lalu.
Pemrakarsa pembangunan masjid ini adalah seorang ulama bernama Syeh Muhammad Husen Al Fanjuri bin Muhammad Al Fajri Kautsar, murid seorang ulama sufi asal Persia.
2. Masjid Asal – Penampaan
Masjid Asal, Penampaan didirikan pada tahun 815 H/1412 M. Didirikan dalam masa Kerajaan Pasai. Sebab setidaknya, Kerajaan Pasai telah berdiri dari tahun 1282 M, (Ibrahim Alfian, 2004: 26) dan jatuh dalam kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam di tahun 1524 M, (Amirul Hadi, 2004: 13).
Masjid ini dipandang keramat oleh masyarakat sekitar, sebab secara logika bangunan berkonstruksi kayu seperti masjid ini tidak mungkin dapat bertahan sampai 500 tahun. Masjid Asal-Penampaan masih tetap berdiri kokoh sampai sekarang, diperkirakan sudah berumur 800 Tahun.
Konon menurut riwayat, di masa lalu masjid ini bisa dilihat dari berbagai wilayah di Gayo Lues. Mungkin hal ini disebabkan oleh kondisi wilayah sekitar masjid Asal yang merupakan daerah datar dan masih minim dihuni penduduk. Dengan demikian ia bisa dilihat dari berbagai arah yang umumnya berdataran tinggi. Oleh karena itu, daerah di mana masjid Asal berada disebut Desa (Kampung) Penampaan (yang tampak dari berbagai arah).
Bangunan fisik masjid Asal dibina dengan kostruksi yang bahan utamanya adalah kayu. dari pepohonan yang banyak tumbuh di sekitar desa, bebatuan sungai serta tanah kuning yang ada di sekitar masjid itu. Bahan-bahan dasar yang digunakan pada saat pembangunan masjid ini masih utuh bertahan sampai sekarang, termasuk dinding dari tanah kuning.
Kubah masjid berbentuk runcing berwarna hitam pekat terbuat dari logam. Atapnya terbuat dari ijuk (serat serabut pohon aren) serta plafon yang dibuat dari pelepah aren yang dirajut dengan rotan.
Ada yang mengatakan bahwa masjid ini pernah dicoba hancurkan oleh Belanda. Upaya ini juga tidak berhasil, dan sampai sekarang bekas tebasan pedang masih terlihat pada tiang masjid ini. Setidaknya kisah ini menjadi cermin kuatnya upaya masyarakat mempertahankan masjid ini dari serbuan Belanda.
Keunikan lainnya di halaman masjid terdapat sebuah sumur tua yang dahulu digunakan sebagai sumber air untuk berwudhu'. Dalam perkembangannya kemudian, sumur ini mulai jarang digunakan. Namun air sumur ini masih tetap diambil masyarakat meskipun untuk maksud yang lain. Konon menurut penuturan masyarakat, sumur tersebut disebut “Telaga Nampak” yang keramat. Air dari sumur ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, menyegarkan jasmani dan digunakan sebagai air untuk tepung tawar (pesejuk) dalam berbagai acara masyarakat.
3. Masjid Pusaka - Aceh Barat Daya
Masjid Pusaka ini terletak di Desa Keudee Pasi, Kecamatan Susoh dan masuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya.
Masjid ini dibangun sekitar tahun 1700 oleh Habib Abdurrahman Al-Yamani dari Yaman. Pada perjalanannya, masjid ini telah direhab sebanyak tiga kali.
4. Masjid Indrapuri - Aceh Besar
Masjid Indrapuri, yang dibangun abad ke-10 Masehi, juga menginspirasi arsitektur masjid Muslimin Pancasila di berbagai daerah di Nusantara. bahkan, masjid tertua dan terkenal di Demak pun mencontoh arsitektur Benteng Masjid Indapuri.
5. Masjid Tuha Nanjing - Aceh Barat
Di Desa Manjing, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Aceh Barat, didapati masjid tua yang dimakan rayap. Masjid yang dibangun tahun 1918 atas swadaya masyarakat setempat ini dikelilingi oleh deretan pohon pinang yang tinggi dan berbatang lurus ramping.
Hal yang unik adalah bangunan masjid berbentuk segi empat ini disokong oleh tiang soko guru sebanyak 4 buah dan tiang kecil lainnya sebanyak 12 buah. Masjid Tuha Manjing beratap tumpang dua dari rumbia dan dinding terbuat dari bambu yang dibelah dua ini. Pembuatannya mengikuti pola masjid kuno, yakni tanpa menggunakan paku. Hanya menggunakan pasak dan tali ijuk sebagai penguat
6. Masjid Jamik Baiturrahman - Sabang
Masjid Jamik Baiturrahman, masjid tempat calon jemaah haji Indonesia dikarantina sebelum diberangkatkan dengan kapal ke Mekkah, di masa-masa sebelum 1924.
7. Masjid tua tengku Chik di Pasi - Sigli
Masjid tua tengku Chik di Pasi, yang dibangun abad ke-17 di Gampong Guci Rumpong, kecamatan Peukan Baro, tetap terpelihara baik. Di sisi kanan dibangun masjid baru yang lebih luas.
Di depan masjid di sisi utara, terdapat dua buah guci Siam dengan warna glassir coklat tua, yang diletakkan dalam sebuah cangkup, merupakan hadiah dari Kerajaan Cina. Air y ang diambil dari guci, menurut warga setempat, diyakini bisa mengobat segala penyakit. Masjid tua ini banyak dikunjungi warga Aceh dan juga wisatawan luar negeri, terutama Malaysia.
8. Masjid Raya Baiturrahman - Banda Aceh
Masjid Raya Baiturrahman terletak dipusat kota Banda Aceh. Masjid ini dibangun pada masa Kerajaan Islam Aceh Darussalam dimasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Masjid ini pernah dua kali dibakar oleh Belanda namun Pemerintah Kerajaan Belanda membangun masjid ini kembali dan dipimpin oleh De Brun, seorang arsitek terkenal dari Italia. Masjid ini kemudian menjadi masjid paling indah di Asia Tenggara dan memiliki wisatawan terbanyak hingga keseluruh dunia.
9. Masjid Teungku Anjong - Banda Aceh
Masjid Teungku Anjong berada di kecamatan Peulanggahan Banda Aceh. Masjid ini dibangun ketika masa Kerajaan Islam Samudera Pasai. Nama masjid Teungku Andjong ini diambil berdasarkan nama seorang ulama kharismatik Aceh pada masa itu yang bernama asli Syekh Abu Bakar bin Husein Bafaqih yang berasal dari Hadhramaut, Saudi Arabia. Syekh ini biasa dipanggil oleh masyarakat dengan nama Teungku Andjong atau seorang ulama yang disanjung dan dimuliakan oleh seluruh lapisan masyarakat di Aceh.
Bagi yang ingin menambahkah, atau ada kesalahan mohon di cantumkan pada kolom komentar
Semoga bermanfaat
#KeepBlogging