TravelLINK - Durian yang kita makan di Banda Aceh dalam sepekan ini, sebahagian besar berasal dari daerah barat dan selatan Aceh. Di daerah asalnya, harga durian jauh lebih murah dari yang anda beli di pinggiran jalan.
Di daerah asalnya, harga buah durian berkisar antara 3 hingga 5 ribu rupiah. Bahkan, bagi anda yang ingin menikmati sensasi berbeda, bisa langsung menjaga sendiri di kebun-kebun warga. Bisa sendiri dengan teman dan kolega atau dengan keluarga, anda dapat langsung menunggu durian jatuh sepanjang malam dengan sistem pembayaran ‘sesuai kesepakatan’.
Adam, salah seorang warga di Kecamatan Tangan-tangan, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), saat dijumpai TravelLINK dikebunnya di kawasan Gunung Cut mengatakan, banyak kebun durian di daerahnya yang sedang berbuah. Hasil panen semua kebun di sana di jual di pinggiran jalan di Abdya dan sebagian besar di bawa ke Banda Aceh.
“Durian yang sudah dibeli agen, apalagi yang sudah sampai ke Banda Aceh sudah mahal. Maklum, harga durian tersebut sudah dibebani ongkos kirim,” jelasnya.
Adam menyarankan, jika ada masyarakat yang ingin menikmati buah durian langsung dari kebun, maka warga disana melayani masyarakat luar untuk berwisata durian.
Warga bisa menjadi “Pemilik Kebun Durian Semalam” dengan hanya mengganti uang kepada pemilik kebun sesuai kesepakatan. Bisa juga menjadi berwisata kuliner dengan berkunjung lagsung ke kebun dan menjaga bersama sang pemilik kebun, dan rasakan suasana berbeda yang akan anda dapatkan.
“Selama ini banyak warga Tiong Hoa yang berdomisili di Abdya, menyewa kebun durian milik masyarakat. Mereka datang jelang malam, paginya mereka pulang,” terang Adam.
Biaya sewa yang harus dikeluarkan bagi “Pemilik Kebun Durian Semalam” berkisar antara 200 ribu hingga satu juta rupiah. Tergantung luas kebun durian yang akan disew
Tapi tenang, karena seluruh durian yang jatuh malam itu akan menjadi hak anda sebagai ”Pemilik Kebun Durian Semalam”. Hmm…menarik bukan?
“Kalau beruntung tentu akan banyak durian yang jatuh. Selain senang, seluruh durian yang jatuh itu boleh dibawa pulang,” ujar Adam berpromosi.
Tetap Junjung Tinggi Hukum Adat
Adam juga menjelaskan, khusus di daerahnya, pengelolaan kebun durian masih berlaku hukum adat. Adam mencontohkan, buah durian tidak boleh di petik atau dipanen tapi harus jatuh dengan sendirinya. Jika ketahuan dipetik, maka akan dikenakan sanksi adat.
Selain itu, warga yang memiliki kebun wajib membersihkan dan memagar kebunnya jika sudah memasuki musim bunga durian. Jika tidak, maka si pelanggar akan dikenakan sanksi sosial.
Rasa memiliki juga masih sangat terjaga di Kecamatan Tangan-tangan. Jadi, misalnya kebun tetangga diganggu hama monyet maka pemilik kebun yang berdampingan akan mengusirnya.
Sementara itu, khusus untuk pemburu wisata kuliner yang ingin menikmati sensasi berneda dengan melewatkan malam di kebun durian sambil menikmati durian dengan pulut, hanya boleh bagi kaum pria dan keluarga saja.
“Bagi yang bukan muhrim tidak diizinkan menunggu durian di malam hari. Hal itu juga diatur dalam adat berkebun di daerah kami,” terang Adam.
Guide TravelLINK Zulfan Amroe yang kebetulan diundang oleh Adam ke kebunnya menghabiskan waktu dengan berbincang bersama beberapa warga. Sepanjang pembicaraan seringkali terdengar suara ‘bug’, tanda durian siap santap telah jatuh. Bergegas Adam bergerak dalam kegelapan bermodal lampu senter.
Tak lama berselang, Adam sudah kembali dengan menenteng beberapa buah durian, semua ia kumpulkan di bawah gubuk. Katanya, bagi siapa saja yang ingin sekedar menikmati durian, dapat langsung mencoba sepuasnya tanpa harus membayar.
“Insya Allah, semua warga yang kedatangan tamu, akan menjamunya dengan satu atau dua buah durian. Jika belum ada yang jatuh, maka bisa meminta pada kebun tetangga. Begitulah adat yang berlaku di daerah kami ketika musim durian tiba,” terang Adam. (zamroe)
Penulis juga jurnalis media atjehlink.com